Saturday, July 26, 2008

Gelora Sex 3 Dekade

GELORA SEX 3 DEKADE

 

Banyak orang percaya bahwa usia sangat mempengaruhi dalam masalah hubungan seks. Kejantanan seorang pria sangat dipengaruhi oleh hal tersebut. Kegilaan dan keliaran dalam berhubungan seks oleh sementara orang dianggap bisa didapatkan saat masih usia muda.
Hingga tidak mengherankan, bila sering dipergoki adanya pesta seks yang dilakukan oleh kalangan remaja. Lalu apakah memang betul di usia seperti itu (20-an) orang betul-betul bisa menikmati seks secara total dan menggairahkan? Ternyata tidak seluruhnya benar.
Betul memang, di usia muda tubuh manusia secara fisik, sekalipun tidak terlatih, tumbuh menjadi fisik yang bugar. Ini besar pengaruhnya terhadap aktivitas seks. Menurut dr.Boyke Dian Nugraha SpOG, MARS, secara fisiologis bila bertambahnya umur frekwensi berhubungan seks jadi berkurang. Ini disebabkan terjadinya proses penuaan. Produksi air mani juga sedikit berkurang dan terjadi degenerasi tulang. "Sebenarnya pada pria, proses penuaan yang jelas dan mulai berkurang kadar hormonnya, yaitu sekitar usia 50 tahun," ungkapnya.

Gelora Seks 20-an
Kecenderungan dan Masalah

Ada istilah pada usia 20, saat melihat wanita “sudah pandangan hidup" artinya, memandang wajah si wanita saja penis sudah hidup. Pada usia ini, pria memang sangat mudah terangsang. Melihat payudara menonjol, apalagi dengan busana ketat atau belahan baju yang membuat belahan dada mengintip, segera akan membakar hawa nafsu. Mudah sekali mencapai klimaks, seolah hanya dengan menempelkan penis saja, sperma sudah keluar.
Menurut dr. Boyke ini adalah hal wajar. Sebab pada usia ini kondisi tubuh, sekalipun tidak menjalani latihan serius, produksi spermanya berjalan dengan baik. Kalau mereka mendapat pasangan, yang muncul adalah hubungan seks tidak seimbang. “Artinya, ego masing-masing sangat besar. Jadi, si pria bila sudah mencapai klimaks lebih dulu, tidak lagi memikirkan kepuasan pasangannya,” ungkap dr. Boyke. Hubungan seks di usia 20-an juga lebih banyak coba-coba dan tengah mengenali gaya pasangan. Ini membuat sering terjadi ejakulasi dini, namun masing-masing tidak ambil pusing atau tetap mementingkan ego sendiri.
Karena gairah yang muncul memang terlalu menggebu, maunya selalu cepat-cepat dan begitu juga dengan hubungan seksnya cepat selesai. Kemampuan berhubungan dengan hitungan jam, seperti sebuah dambaan yang belum juga didapatkan. Penyakit edi tansil (ejakulasi dini tanpa hasil) begitu dominan. Bukan lagi hubungan yang hanya sebentar, tapi belum juga melakukan hubungan, baru pemanasan sudah keluar.
Memang, dari segi kemampuan penis untuk bangkit kembali setelah mengeluarkan sperma di usia ini cukup cepat. Menurut Boyke, ini yang disebut sebagai fase resolusi. Pada usia 20-an, seorang pria usai melakukan hubungan seks, istirahat sebentar, penisnya sudah bisa kembali keras, itu terjadi dalam tempo yang singkat. Paling tidak, sekitar lima menit sudah bangkit kembali. Bahkan itu bisa terjadi berkali-kali. Posisi penis saat ereksi juga berbeda. Di usia ini posisi tegak 90 derajat, apalagi ditunjang dengan tubuh yang bugar. Dan umumnya pria pada usia ini seperti tidak memiliki daerah sensitif. Sebab dengan sentuhan ujung jari saja ia sudah terangsang.
Lalu, sensasi untuk melakukan seks sepanjang hari pun selalu muncul. Hasil penelitian di Amerika, pasangan muda lebih memilih untuk melakukan hbungan seks 6 hari dalam seminggu. Penggunaan obat kuat dan alat bantu tidak begitu diminati. Hal ini terjadi karena pasangannya juga tidak terlalu tahu dengan makna alat bantu. Paling-paling yang lumayan popular adalah pemakaian kondom. Itupun, bila salah satu dari pasangan sudah pernah membaca tentang kegunaan kondom. Biasanya mereka lebih merasa leluasa tanpa sarung pengaman. Beberapa orang mengatakan, dengan memakai sarung pengaman rasa kenikmatan bercinta jadi berkurang.

Solusi dan Tips
Pada usia 20-an, kebutuhan menggunaan obat suplemen juga belum mutlak. Kalaupun pada mereka ini ada yang mengonsumsi suplemen, seperti minuman mengandung ginseng atau kuda laut, itu hanya bagian dari rasa ingin tahu, apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah meminum obat suplemen.
Tapi menyaksikan film porno paling sering dilakukan oleh pasangan di usia ini. Kebanyakan mengaku untuk menambah pengetahuan akan teknik dan gaya. Sekalipun sudah memiliki pasangan, beberapa di antaranya ternyata tetap melakukan onani.
Olahraga yang disarankan justru olahraga yang sedikit berat, seperti atletik, tenis, basket, renang. Terkadang dengan melampiaskan diri pada kegiatan olahraga, keinginan untuk berhubungan seks bisa sedikit terkendali.
Untuk mengatasi masalah ejakulasi dini, menurut dr.Boyke memang diperlukan pengetahuan ilmiah. Kemauan pasangan untuk membaca atau mengetahui lebih jauh, tentang teknik dan variasi, sangatlah penting. "Saya punya pasien yang sudah menikah di usia 20 tahun, tapi punya pengetahuan hebat tentang seks. Ini karena pasangan tersebut rajin baca buku," katanya.
Soal makanan, memang di usia ini tidak terlalu banyak larangan. Namun demikian, ada baiknya untuk menghindari makanan fast food. Dari hasil penelitian, makanan sejenis ini banyak mengandung lemak yang diduga mengandung hormom estrogen. Hal ini akan mendorong seorang anak mengalami pubertas dini. Nah, apa jadinya bila makanan tersebut dikonsumsi pada pria dewasa.

Gelora Seks 30-an
Kecenderungan dan Masalah


Memasuki usia 30-an, kebugaran pria akan berkurang, tapi pengalamannya dalam seks jelas bertambah. Hubungan seks pun mulai bisa dikendalikan agar ia dan pasangan sama-sama bisa mendapatkan kepuasan. Pada usia ini, bila sudah mulai mengenal pasangan dan saling terbuka, maka bisa saling mencapai klimaks secara bersama acap kali diusahakan.
Pada usia ini, kegiatan berhubungan seks selalu diawali dengan pemanasan yang baik, tidak lagi terburu-buru. Hasil dari sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa khususnya pria berusia di atas 35 tahun relatif tidak pernah lagi mengalami ejakulasi dini. Dengan kebugaran tubuh yang tetap terjaga, baik karena teratur melakukan olahraga lari, tenis, aerobik, basket, renang dan olahraga berat lainnya, bisa dipastikan membuat kemampuan seks pria pada usia ini tetap prima.
Kalaupun ada tekanan, maka tekanan yang banyak dialami pada pria usia ini adalah datang sebagai dampak dari gaya hidup. Kesukaan pada dunia malam akan membuat seseorang menjadi tidak terawat makannya, istirahat kurang, lalu mulai mengonsumsi minuman beralkohol atau bahkan narkoba. Maka, secara perlahan kemampuan seks pun terpengaruh bahkan dapat menurun drastis. “Seorang pria yang masuk di usia 30, tapi tidak bisa menjaga kebugaran tubuh, banyak melek malam, makan tidak teratur dan tekanan stres yang tinggi, ereksinya seperti ogah-ogahan,” ungkap dr Boyke.

Solusi dan Tips
Untuk mendapatkan rangsangan, pria pada usia seperti ini memang perlu satu kegiatan seperti dipegang-pegang dulu. Jadi, sekadar pemuas pandangan yang merangsang saja, belum cukup untuk mengobarkan rangsangan. Karena, di masa ini, pria justru sangat rawan akan serangan penyakit seperti darah tinggi dan kolesterol. Maka, disarankan pria-pria pada usia ini untuk menjalankan gaya hidup dengan sehat. Makanan mengandung lemak dan mengkonsumsi minuman berakohol sebaiknya dihindari.
Dengan kondisi badan yang bugar, maka berhubungan seks bisa dilakukan 3 sampai 5 kali dalam seminggu. Pada usia ini, seks mencapai titik terbaik, sebagai sarana untuk saling memberi dan menerima dengan kegembiraan dan saling berbagi fantasi tanpa dibebani rasa sungkan. Ketidak mampuan pasangan, seperti terlalu cepat orgasme, segera didiskusikan, lalu secara bersama mengupayakan jalan keluar terbaik.
Berbagai cara bisa dilakukan, seperti membaca dari buku, mendatangi dokter ahli, atau saling mencoba. Karena adanya dialog, maka bisa didapatkan gaya atau teknik yang tepat, di mana kedua pasangan bisa menikmati, tanpa sang pria harus orgasme lebih dulu.
Dimasa ini juga, kedua pasangan saling tahu apa yang disuka dan apa yang tidak. Hebatnya lagi, ada pasangan yang mengalami orgasme lewat berbagai macam posisi bercinta. Tidak ada lagi rasa sungkan untuk mengeksplorasi gaya-gaya baru. Sikap kepercayaan dari pria untuk memberi kebebasan bagi pasangannya melakukan berbagai gerakan baru, bisa menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. Hebatnya, kedua pasangan mampu untuk mengontrol klimaksnya.
Waktu permainan bagi pria pada usia ini bisa mencapai antara 25 menit sampai setengah jam. Kalaupun ada yang lebih dari itu, disebabkan fisik yang dimiliki memang begitu bugar. Sekalipun posisi penis saat ereksi, tidak lagi tegak 90 derajat. Namun demikian, pengetahuan akan teknik dan viariasi bercinta, akan membuat pasangan tetap mendapat kepuasan.
Bagi yang menganut gaya hidup sehat, pemakaian obat serta suplemen tidak terlalu penting. Namun, bagi yang tidak, di usia ini mulai banyak pria yang mencoba berbagai obat dan alat bantu. Ada yang dengan alat semprot, untuk mendatangkan rasa kebal pada penis, hingga tidak cepat orgasme. Memberi tambahan aksesori pada ujung penis, agar pasangan cepat klimaks. Mengonsumsi obat kuat, jamu modern, jamu tradisional atau minuman suplemen, bila cocok dengan tubuh, sering mendatangkan pengaruh yang bagus.
Pada usia ini, adanya obat baru atau suplemen baru memang selalu jadi pilihan. Karena kesadaran bahwa fase resolusi, saat penis lemas ketika usai orgasme, dan untuk bangkit kembali diperlukan waktu sekitar setengah jam, membuat sebagian pria pada usia ini merasa kurang puas. Padahal menegang kembali dalam setengah jam itu kalau suasana sedikit santai. Karena tidak sabar, sebagian memaksa dengan tangan, tapi hasilnya sering mengecewakan.
Olahraga teratur seperti aerobik, senam atau jalan kaki harus dilakukan untuk memelihara kebugaran tubuh disegenap organnya. Apalagi tekanan kejiwaan mulai bertambah, seperti persaingan dalam pekerjaan, keinginan atau ambisi untuk mencapai sesuatu dalam kehidupan yang belum terlampiaskan. Dengan kondisi tubuh yang terus bugar, maka untuk menghadapi segala tekanan itu, tidak ikut membuat tubuh jadi loyo untuk kegiatan seks.

Gelora Seks 40-an
Kecenderungan dan Masalah

Kecuali perbedaan mental dan gaya hidup, sebenarnya tidak ada perbedaan ketangguhan seks yang signifikan pada usia 20, 30 dan 40 tahun, khususnya pada pria. Sepanjang pria itu bugar, tidak menderita penyakit kronis seperti diabetes, darah tinggi, kolesterol, lever, gairah seksnya sama saja. Batasan usia tadi tidak terlalu besar pengaruhnya. Hanya saja, yang berbeda adalah frekwensi hubungan yang berkurang dan fase resolusi yang mulai memanjang.
Di usia 40, masa resolusi itu kian melambat, harus menunggu beberapa jam bisa bangkit kembali, ungkap dr Boyke. Dijelaskan lagi, memang tidak ada cara untuk mengatasi fase resolusi. "Ini adalah alami, jadi tidak ada alat untuk mengatasinya," ungkap Boyke. Pada usia 40 harus dirangsang dengan intensif baru penis bisa hidup. Saat ereksi posisinyapun hanya tegak, tidak lagi tegak lurus 90 derajat.
Untuk kualitas hubungan seksual, usia 40-an jauh lebih mapan, lebih memahami teknik-teknik dan variasi, lebih mampu mengendalikan diri dan mampu menahan ejakulasi. Sehingga, pasangan selalu mendapat kepuasan. Pada usia ini, pria memang lebih piawai menahan ejakulasi, dengan kata lain mampu berhubungan seks secara lebih berkualitas. Sekalipun, sudut ketegangan penis tidak sekeras dulu (pada usia 20-an atau 30-an). "Penyakit editansil (ejakulasi dini tanpa hasil) semakin berkurang di usia 40, karena sudah mampu mengendalikan diri," kata Boyke.
Jadi inilah salah satu penyebab mengapa wanita lebih banyak memilih pria-pria tua, karena pria tua bisa memuaskan wanita, sudah tahu titik-titik erotis di mana, sudah tahu bagaimana membuat wanita orgasme dan kapan mencapai orgasme. Pengetahun seperti ini, kadang-kadang tidak dikuasai pria-pria muda.
Di usia 40-an, pria memiliki pengalaman tinggi dalam bercinta, tapi kebugaran tubuhnya mulai menurun. Sehingga, sekalipun hubungan seks tidak dilakukan berkali-kali, namun pasangan bisa mendapatkan kepuasan dengan cara yang tepat. Inilah yang dikatakan hubungan seks berkualitas. Begitu juga dengan frekwensi berhubungan. Dalam seminggu mungkin hanya dilakukan 3 kali, namun setiap melakukannya terjadilah hubungan yang mampu menampilkan sensasi yang luar biasa.

Solusi dan Tips
Pada usia 40 menurut dr. Boyke, dilihat dari grafik, 39 persen pria mengalami disfungsi ereksi. Ketika usia 50 meningkat jadi 48 persen mengalami disfungsi ereksi. Ini erat kaitannya dengan tidak terjaganya kualitas dan kuantitas makanan.
Namun yang sering melanda pria berumur adalah rasa bosan terhadap pasangannya. "Ini fase paling bahaya," kata Boyke. Pada usia 30 dan 40 terjadi rutinitas seks. Inilah kecenderungan mengapa pria-pria di usia demikian ingin mencoba berhubungan dengan wanita lain. Ini disebabkan hubungan seks dengan pasangan, sudah tidak memiliki greget lagi. Jadi di usia seperti ini, penggunaan teknik-teknik dan variasi seks seperti bulan madu kedua dan hubungan romantis, harus ditingkatkan kembali. Kalau ini tidak disadari dan tidak dilakukan, maka gairah seks akan padam. "Maka untuk pasangan yang sudah masuk usia 40-an harus memiliki program penyegaran," katanya.
Dr. Boyke mengatakan, sering menemukan impotensi terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Ini penyebabnya karena tidak menjaga stamina, tidak olahraga teratur. Di usia ini mulai banyak mendapatkan stres, memikirkan keluarga, anak-anak harus sekolah, pekerjaan menumpuk, persaingan dengan teman kerja di kantor begitu keras. Ketidak mampuan untuk membagi masalah dan mengatasinya, membuat pengaruh besar pada kemampuan seksual.
Olahraga teratur dan terukur harus ditaati. Makanan yang mengandung kolesterol segera dihindari. Memakan lebih banyak sayuran dan buah-buahan. Tentunya dengan dibantu mengonsumsi jamu, obat atau makanan dan minuman suplemen yang tepat, diharapkan kemampuan penis tetap terjaga. Hal lain yang tidak kalah penting adalah melakukan berbagai kegiatan seks dengan suasana berbeda, seperti melakukan di hotel, di daerah pegunungan, di pantai, di kapal pesiar, bahkan ada yang ekstrem lagi, di kamar mandi pesawat terbang. Pada usia ini, kegiatan seks memang semakin bertaut dengan memuaskan fantasi.

 

 

1 comment:

  1. Thanks atas sarannya, insya Allah akan segera dilaksanakan

    ReplyDelete