Friday, February 11, 2011

Kurang Pede akibat Banjir Keringat

 

Berkeringat adalah cara tubuh menyejukkan diri agar suhu tetap stabil. Wajar bila kita berkeringat saat berada di daerah bersuhu tinggi, beraktivitas, atau mengalami situasi yang membuat gugup, marah, malu, dan takut. Bila keringat berlebihan (hiperhidrosis) akibat kelenjar keringat overaktif, apa yang harus dilakukan?

Keringat berlebih, terutama pada ketiak, menurut dr Ratna Komala Dewi, Sp KK, MKes, memancing bakteri sehingga muncul bau badan. Tampaknya kelainan ini sepele, tetapi dapat membawa ketidaknyamanan, baik fisik maupun emosional, sehingga membuat penderita kurang percaya diri.

Keringat dihasilkan oleh kelenjar apokrin yang menghasilkan cairan kental-keruh dan kelenjar ekrin yang menghasilkan cairan encer-jernih. Kelenjar apokrin terdapat pada folikel rambut di kepala, ketiak, dan genitalia. Kelenjar ekrin terdapat di seluruh tubuh dan berhubungan langsung dengan kulit.

Ketika suhu tubuh meningkat, sistem saraf pusat merangsang kelenjar ini untuk mengeluarkan cairan ke permukaan kulit untuk mendinginkan tubuh. Kelenjar keringat yang sangat aktif bisa bersifat bawaan. Dibandingkan dengan bagian tubuh lain, kelenjar keringat paling aktif pada kulit ketiak.

"Sekresi keringat yang dihasilkan kelenjar apokrin sering menimbulkan bau tak sedap, terutama ketika bercampur dengan bakteri," ujar dokter spesialis kulit dan kelamin dari RS Haji Pondok Gede ini.

Dapat diturunkan

Penderita hiperhidrosis (diaphoresis) dapat berkeringat, bahkan ketika suhu udara rendah atau mereka sedang istirahat. Hiperhidrosis dapat terjadi menyeluruh atau lokal. Jika keringat berlebih terjadi pada telapak tangan, kaki, dan ketiak, maka hal itu dinamakan hiperhidrosis primer (lokal). Hiperhidrosis sekunder atau menyeluruh biasanya berhubungan dengan penyakit sistemik, seperti hipertiroid, diabetes, infeksi samar, retikulosis, dan lain-lain.

"Pada kasus hiperhidrosis primer, tidak ditemukan penyebab. Para ahli menduga, kelainan jenis ini dapat diturunkan dari keluarga," ujar dokter dari Klinik Kecantikan Nouvelle di Pasar Minggu.

Penyebab pasti hiperhidrosis belum diketahui. Ada pendapat bahwa hiperhidrosis bisa terjadi karena asupan makanan pedas dan minuman panas yang mengandung kafein atau alkohol. Kafein dan alkohol merangsang kelenjar keringat mengeluarkan cairan lebih banyak.

Makanan tinggi kalori, seperti makanan berlemak dan berprotein tinggi, jika dikonsumsi berlebihan juga dapat menimbulkan bau keringat yang kurang sedap. "Jenis makanan tersebut dapat merangsang kelenjar mengeluarkan lebih banyak keringat dbandingkan makanan rendah kalori," tuturnya.

Dipicu stres Hiperhidrosis pun bisa disebabkan menopause. Wanita yang memasuki masa menopause bisa mengalami hot flashes, yakni terjadi peningkatan suhu kulit disertai keringat dan kegerahan. Hal ini terjadi karena adanya penurunan kadar estrogen.

"Beberapa wanita menopause sering terbangun pada malam hari karena pakaiannya basah oleh keringat," ucap dr Ratna.

Penyebab lainnya, yakni hipoglikemia. Kadar gula darah yang rendah sering dijumpai pada penderita diabetes yang mengonsumsi insulin atau obat antidiabetes. Gejala awalnya berkeringat, badan gemetar, lemah, lapar, dan mual. Hipoglikemia juga bisa terjadi setelah makan, terutama pada mereka yang telah menjalani pembedahan lambung atau usus.

Keringat yang membanjir juga kadang dipicu oleh stres, emosi, atau olahraga, tetapi bisa pula terjadi secara spontan. Pada hiperhidrosis palmaris, tangan penderita lembab dan basah. "Hal ini menimbulkan masalah sosial karena setiap mereka bersalaman akan menyebabkan telapak tangan lawannya basah," ujarnya.

Bagian tubuh yang mengalami hiperhidrosis sering berwarna merah muda atau putih kebiruan. Pada kasus yang lebih parah, kulit pecah-pecah dan bersisik, terutama di bagian kaki.

Konsumsi obat-obatan dan alkohol; penyakit jantung, pernapasan, saraf, infeksi, gangguan hormonal; atau penyakit keganasan juga bisa menimbulkan gejala keringat berlebih. Bila kondisi pemicu tersebut diatasi, maka masalah keringat berlebih pun selesai.

Efek samping "Cara paling ringan dan aman untuk mengatasi keringat berlebih adalah melakukan modifikasi gaya hidup," kata dr Ratna. Dalam hal ini termasuk tidak mengenakan pakaian ketat, berbahan nilon, poliester, atau wol kecuali pada suhu dingin, dan topi.

Untuk keringat berlebih pada ketiak dapat diberi pengobatan secara konservatif, baik topikal maupun sistemik dan operatif. "Jenis pengobatan topikal banyak digunakan tanpa resep dokter, misalnya pemakaian deodoran yang mengandung aluminium klorida," tambahnya.

Deodoran dapat mengurangi keringat, tetapi bersifat sementara. Efek samping yang bisa ditimbulkannya biasanya ringan, misalnya iritasi. Pengobatan sistemik dilakukan dengan pemberian obat-obatan per oral dan obat-obat penenang untuk menghambat efek asetilkolin pada kelenjar keringat. Namun, sering dijumpai efek samping dengan masalah melebihi hiperhidrosisnya, seperti mulut kering, gangguan penglihatan, glaukoma, hipertermia, hipotensi, dan kejang.

"Yang perlu diperhatikan efek toksik obat antikolinergik yang biasanya tercapai sebelum timbul efek antihidrosisnya, sementara obat penenang biasanya tidak berespons meskipun hiperhidrosis dipengaruhi oleh stres emosional," katanya.

Tindakan bedah

Metode operatif pada keringat berlebih di ketiak dapat dilakukan dengan berbagai macam tindakan, yakni kuretase subkutan, eksisi parsial dan kuretase terbuka, eksisi luas, simpatektomi, dan penyuntikan toksin botulinum A.

Kuretase subkutan adalah tindakan operasi mengambil seluruh kelenjar keringat dengan aktivitas maksimum menggunakan alat kuret. Adapun tindakan eksisi parsial dan kuretase dilakukan dengan menghilangkan sebagian kulit dengan aktivitas kelenjar keringat maksimum, dan sisanya dilakukan kuretase.

"Eksisi luas adalah tindakan operasi mengambil seluruh daerah keringat dengan aktivitas maksimum kemudian dilakukan penutupan kulit," tuturnya.

Adapun simpatektomi adalah tindakan operasi dengan mengambil ganglion simpatik, biasanya dilakukan oleh dokter bedah saraf. Penyuntikan toksin botulinum A dapat dilakukan pada daerah ketiak dengan aktivitas kelenjar keringat maksimum.

Metode-metode operatif ini lebih menguntungkan karena dapat memperoleh efek terapi yang permanen atau lebih lama. Efek samping yang mungkin timbul sama seperti metode bedah pada umumnya, seperti perdarahan selama atau sesudah operasi, infeksi, timbunan serum, radang getah bening, ketidaknyamanan pada lengan atas, rasa kebas, dan timbul keloid pada orang yang memiliki bakat keloid. (GHS/Putri)

No comments:

Post a Comment