Disfungsi ereksi adalah suatu kondisi dimana laki-laki tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang optimal sehingga tidak dapat memberikan kepuasan seksual pada pasangannya.
"Berdasarkan data pasien saya diperkirakan sekitar 15-20 persen laki-laki di Indonesia yang sudah menikah mengalami disfungsi ereksi, meskipun laki-laki tersebut terlihat sehat atau memiliki otot yang kuat," ujar Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS dalam acara Maximizing You: 10 years of MagniVicent Satisfaction, di Hotel Akmani, Jakarta, Selasa (8/12/2009).
Prof Wimpie mengungkapkan tingkat kekerasan ereksi pada laki-laki bisa menentukan kualitas dari hubungan seksual, sehingga jika seorang laki-laki berhasil mendapatkan tingkat kekerasan yang optimal maka pasangan akan merasakan kepuasan.
Untuk mengukur tingkat kekerasan ereksi pribadi atau pasangan bisa dengan menggunakan Erection Hardness Score (EHS), yaitu:
Grade 1 (Cakwe): Penis membesar tapi tidak keras, diasosiasikan seperti cakwe atau tape (disfungsi ereksi berat).
Grade 2 (Pisang): Penis keras, tapi tidak cukup keras untuk melakukan penetrasi diasosiasikan seperti pisang (disfungsi ereksi sedang).
Grade 3 (Sosis): Penis cukup keras untuk melakukan penetrasi tetapi tidak sangat keras, diasosiasikan seperti sosis (suboptimal/disfungsi ereksi ringan).
Sedangkan yang tidak ada masalah adalah Grade 4 yakni Penis keras dan tegang secara sempurna, diasosiasikan seperti mentimun (optimal/tidak mengalami disfungis ereksi).
"Di Indonesia yang paling sedikit adalah grade 1 sedangkan yang paling banyak adalah grade 2 dan 3 serta diperkirakan sekitar 80-90 persen akibat faktor fisik seperti penyakit diabetes, kolesterol dan merokok," ujar Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia.
Berdasarkan tingkatan tersebut ditemukan laki-laki yang memiliki kekerasan ereksi optimal (grade 4) lebih sering melakukan hubungan seksual dan bisa memiliki pola pikir yang positif dalam kehidupannya dibandingkan dengan laki-laki yang hanya mencapai grade 3.
Penyebab dari disfungsi ereksi ada dua yaitu akibat faktor fisik dan psikis. Didapatkan sekitar 60 persen penderita penyakit jantung koroner mengalami disfungsi ereksi, laki-laki yang merokok sebesar 50 persen, penderita tekanan darah tinggi sebesar 52 persen, penderita penyakit pembuluh darah tepi sebesar 80 persen, kolesterol tinggi sebesar 40 persen dan laki-laki yang depresi sebesar 90 persen.
"Sebenarnya laki-laki dan perempuan di Asia yang sudah mencapai usia 40 tahun ke atas masih memiliki keinginan terhadap aktivitas seksual hanya frekuensinya saja yang berkurang. Meskipun disfungsi ereksi bisa terjadi sesuai berjalannya umur, tapi gangguan seksual ini tetap bisa dicegah," ujar dr Andini W Suhardi, Marketing Manager Pfizer Indonesia.
Ditahun-tahun mendatang diperkirakan penderita disfungsi ereksi bisa meningkat, hal ini bisa dilihat dari gaya hidup masyarakat sekarang. Gaya hidup ini bisa membuat seseorang terkena berbagai penyakit yang dapat memicu disfungsi ereksi.
(ver/ir/detik.com)
No comments:
Post a Comment