USIA pernikahan yang sudah cukup lama, bisa saja meredupkan percikan asmara di antara pasangan suami istri. Berbagai masalah menerpa, ditambah kesibukan mengurus anak dan pekerjaan masing-masing, disinyalir menjadi pemicu aksi ranjang terasa kurang “menggigit”.
Kalau sudah begini, banyak pasutri membenahi kualitas keintimannya di ranjang dengan berbagai cara, mulai eksplorasi beragam gaya bercinta Kamasutra, menonton blue film bersama, bahkan melakukan pertunjukkan khusus sebelum ajang bercinta dimulai.
Tapi, tak sedikit pasangan yang memasukKan komponen seks saat sanggama. Kondom, sex toys, ataupun berbagai jenis lubrikasi disinyalir bisa menambah kenikmatan seks. Tak hanya menambah sensasi seksual terasa berbeda, namun juga bisa membuat pastutri betah berlama-lama di ranjang.
Dari mulai vibrator, sampai dengan kondom berbentuk cincin dengan gerigi, memang bisa membuat foreplay Anda dan pasangan kian "panas". Manfaat lainnya, bagi kaum pria, mereka bisa penetrasi lebih lama sehingga memungkinkannya meraih multiorgasme.
Tapi, apakah sex toys bisa membuat Anda ketagihan? Pada awalnya keberadaan sex toys tidak dimaksudkan untuk mengganti peran pasangan dan hanya diibaratkan sebagai menu pembuka pergumulan. Namun, tak menutup kemungkinan penggunaan sex toys malah dapat menimbulkan masalah pada kesehatan alat vital.
“Vagina bisa rusak dengan pemakaian sex toys secara terus menerus. Kondisi bagian dalam vagina bisa rusak,” ujar dr. Hendro Sudarpo, Sp.OG, Obstetrician-Gynaecologist Siloam Hospital, saat acara forum media online di Kafe Betawi, Senayan City, Jakarta, baru-baru ini.
Tak hanya sampai disitu saja masalah akibat penggunaan sex toys yang terlalu sering pada pasutri. Masalah psikologis pun bisa muncul beriringan dengan masalah kesehatan. “Bila digunakan terlalu sering dapat mengubah perilaku seks jadi menyimpang. Dan ini menyebabkan juga ketergantungan,” jelas dr Hendro.
(ftr)
Sunday, February 21, 2010
Terlalu Sering Pakai Sex Toys, Vagina Bisa Rusak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment