Wednesday, November 5, 2008

Pria Perlu Tahu: Disfungsi Ereksi Pada Wanita


 
Pria Perlu Tahu: Disfungsi Ereksi Pada Wanita

Tak ada salahnya Anda menambah wawasan Anda dengan membaca artikel berikut ini. Kali ini membahas tentang permasalah gangguan seksual pada wanita. Ternyata gangguan disfungsi ereksi tak hanya monopoli kaum pria. Wanita pun tak lepas dari masalah ini. Bahkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah wanita yang mengalami disfungsi seksual lebih besar dibanding pria. Survei yang dilakukan oleh The American Medical Association pada 1999 menunjukkan, 43 persen wanita berusia 19-59 tahun mengalami disfungsi seksual dalam berbagai tingkatan.

Kondisi di Indonesia sendiri diperkirakan jumlahnya lebih besar dari itu. Namun untuk ukuran pastinya sangat tidak mudah didapat mengingat tidak mudah mengetahui secara pasti apakah sejumlah wanita mengalami disfungsi seksual. Seperti fenomena gunung es, yang tampak di permukaan sebenarnya hanyalah sebagian kecil. Masalah yang sebenarnya jauh lebih besar dari apa yang dilihat. Apalagi, di Indonesia, seks masih sering dianggap sebagai sesuatu yang tabu dibicarakan.

Dibanding pria, disfungsi seksual pada wanita jarang terungkap. Selain karena cenderung tertutup dengan hal-hal yang dianggap pribadi, secara seksual wanita adalah makhluk yang pasif. Artinya, kendati seorang istri mengalami disfungsi seksual, hubungan intim tetap bisa terjadi meskipun dirinya tidak merasakan kepuasan. Hal ini diperparah dengan adanya kepercayaan di masyarakat bahwa tugas istri adalah melayani dan memuaskan suami. Tak peduli dia menikmatinya atau tidak.

Ada empat jenis disfungsi seksual pada wanita, dan biasanya wanita mengalami lebih dari satu keluhan. Pertama, libido yang rendah atau frigid yang menyebabkan tidak adanya ketertarikan melakukan hubungan seks. Keadaan inilah yang paling banyak ditemukan pada wanita.

Kedua, gangguan gairah seksual. Walaupun memiliki keinginan terhadap seks, wanita tidak mampu mempertahankan gairahnya selama kegiatan seksual berlangsung. Ketiga, gangguan orgasme, yakni wanita kesulitan mencapai orgasme. Disfungsi seksual keempat adalah rasa sakit saat berhubungan seksual. Biasanya ini disebabkan oleh faktor fisiologi atau trauma lokal, seperti kurangnya cairan vagina, infeksi sekitar genital, dan alergi pada kulit. Rasa sakit ini bisa pula terjadi karena vaginismus, yaitu berkontraksinya otot-otot vagina yang tak dapat dikuasai, karena alam bawah sadar tak menginginkan penetrasi. Ini terjadi, misalnya, pada perkawinan yang tak dikehendaki.

Mengenai penyebab terjadinya disfungsi seksual, baik secara fisik maupun psikologis. Kurangnya pengetahuan, terutama mengenai anatomi dan mitos-mitos menyesatkan, merupakan salah satu faktor penyebab. Meskipun menikah itu atas dasar suka sama suka, karena ketidaktahuan, akan timbul kendala dalam berhubungan seks. Misalnya saja adanya perbedaan antara wanita dan pria dalam hubungan seksual. Pria umumnya lebih menyukai kontak fisik langsung, sementara wanita membutuhkan foreplay (pemanasan) lebih lama.

Kualitas hubungan seksual pada masa awal pernikahan secara psikologis juga berpengaruh pada hubungan-hubungan selanjutnya. Bila pada masa-masa awal dia tak pernah mengalami kepuasan, minat melakukan hubungan seksual biasanya kian berkurang. Yang ada hanya kerja sosial, sekadar melayani suami. Atau bisa saja, masalah muncul belakangan. Hal ini biasanya berkaitan erat dengan pasangan. Misalnya suami berselingkuh atau menikah lagi. Selain itu, rasa cemas, seperti takut ketahuan anak, takut hamil lagi, habis melahirkan, atau depresi, dapat menyebabkan disfungsi seksual.

Faktor lain yang juga sangat berpengaruh adalah trauma masa lalu, seperti pemerkosaan. Seorang anak yang mengalami tindakan pemerkosaan, pada saat dewasa kelak kemungkinan besar akan mengalami disfungsi seksual.

Selain faktor psikologis, faktor fisik turut berperan. Obat-obatan antidepresan dan antihipertensi, misalnya, bisa menyebabkan timbulnya disfungsi seksual. Rasa lelah, kelainan ginekologi, kekurangan hormon, penggunaan alkohol, atau baru melahirkan juga dapat menjadi pencetus timbulnya masalah ini. Bisa juga disfungsi seksual itu terjadi karena wanita itu telah memasuki masa menopause.

Penting untuk dipikirkan agar para kaum wanita tidak terlalu khawatir. Karena pada dasarnya sebagian besar disfungsi seksual ini masih bisa ditangani dengan baik. Keterbukaan dan kerelaan untuk melakukan pengobatan adalah pintu gerbang yang mesti Anda lewati pertama kali untuk mengobatinya.

No comments:

Post a Comment