| Sebenarnya   menyebut patah (fracture) untuk penis agak kurang tepat karena penis tidak   memiliki jaringan tulang. Namun, suara mirip patahan, rasa sakit yang hebat,   serta luka memar dan bengkak yang ditimbulkan mirip dengan kejadian patah   pada tulang.
 Pada dasarnya, penis fraktur terjadi karena ada trauma pada bagian corpus   cavernousum, lapisan silinder yang terdapat di penis. Corpus cavernousum   mengandung jaringan ereksi yang mirip spons yang tugasnya menampung darah   selama ereksi.
 
 Meski sangat jarang, di seluruh dunia sejak tahun 1935-2001, tercatat ada   1.331 kasus penis patah yang dilaporkan. Biasanya, kejadian ini menimpa   remaja laki-laki karena biasanya ereksi pada usia mereka masih keras dan   kaku.
 
 Menurut Drogo Montague, MD, ahli urologi dari Cleveland Clinic, AS, saat   penis fraktur terjadi, penis akan terlihat hitam dan biru yang disertai   dengan rasa sakit.
 
 
 Penis patah, menurut Montague, paling sering terjadi karena seorang pria   terlalu heboh atau bersemangat memainkan juniornya saat melakukan penetrasi.   "Wanita yang bergerak terlalu bersemangat saat berada di posisi woman on   top juga bisa menyebabkan penis patah," katanya seperti dikutip situs   kesehatan WebMD.
 
 Senada dengan Montague, Dr Darius Paduch, ahli urulogi dari New York   Presbyterian-Weill Cornell Medical Center, menjelaskan, penis patah sering   kali terjadi saat aktivitas seksual dilakukan.
 
 "Kebanyakan kasus yang dilaporkan terjadi saat posisi woman on top. Ada   juga kejadian hubungan seks dilakukan saat wanita duduk di meja dengan posisi   pria menghadap langsung. Tapi penis salah dimasukkan dan mengenai meja,"   kata Paduch.
 
 Selain aktivitas seksual yang terlalu heboh, berguling di tempat tidur dengan   posisi penis sedang ereksi saat seorang pria tidur juga diduga bisa   menyebabkan penis fraktur. Kejadian penis patah juga pernah dilaporkan akibat   seorang pria terburu-buru berpakaian saat penisnya masih dalam kondisi   tegang.
 
 Menurut Paduch, penis patah tidak bisa diobati hanya dengan mengompres dengan   es. Penderita harus segera berobat ke dokter karena operasi adalah terapi   pengobatan yang paling tepat untuk kondisi ini. Sebuah penelitian   menyebutkan, dari sembilan pria yang melakukan operasi, mayoritas mendapat   kesembuhan dan bisa ereksi dengan normal pascaoperasi.
 | 
  
No comments:
Post a Comment