Saturday, August 23, 2008

Frekuensi Seks Sering Hambat Kehamilan!

 
Seksologi: Frekuensi Seks Sering Hambat Kehamilan!

Oleh: Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila Sp. And, Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi

Ada anggapan semakin sering hubungan seksual dilakukan, berarti semakin tinggi pula kemungkinan terjadi kehamilan. Padahal, frekuensi yang sering justru menurunkan kualitas dan kuantitas sel spermatozoa, sehingga menghambat kehamilan.

Kasus:

"Umur saya 26 tahun, suami 30 tahun. Kami menikah setahun yang lalu, tetapi sampai sekarang saya belum hamil juga. Kami memang belum pernah periksa ke dokter, tetapi kami telah berusaha menuruti saran teman-teman. Kami disarankan agar lebih sering melakukan hubungan seksual, dan itu telah kami lakukan. Kami lakukan hubungan seksual sekitar 4-5 kali dalam seminggu, tetapi saya tidak selalu bisa orgasme. Apalagi kalau suami cepat keluar sperma. Kenyataannya, saya belum hamil sampai sekarang. Sebelum menikah kami juga sudah melakukan hubungan seksual, tetapi jarang. Kami melakukan sanggama terputus agar tidak hamil. Pertanyaan saya, apa yang harus kami lakukan agar saya segera hamil? Berapa kali sebaiknya kami lakukan hubungan seksual agar segera hamil? Apakah cukup melakukan hubungan 4-5 kali seminggu? Bagaimana dengan posisi? Apakah ada posisi khusus untuk mempercepat kehamilan? Apakah karena saya tidak selalu bisa orgasme yang menyebabkan saya belum hamil? Mungkinkah pada usia saya dan suami terjadi gangguan atau kelainan sehingga saya tidak bisa hamil?"

(R., Malang)

Jawaban:

Dua kali seminggu


Pasangan yang telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama setahun, pada umumnya telah mengalami kehamilan. Hanya sebagian kecil yang belum hamil. Oleh karena itu, pasangan yang telah melakukan hubungan seksual secara teratur tetapi belum hamil dalam satu tahun digolongkan sebagai pasangan tidak subur atau infertil.

Hubungan seksual tentu mutlak diperlukan untuk terjadinya kehamilan. Namun, hanya hubungan seksual yang berlangsung pada saat subur wanita yang mungkin menimbulkan kehamilan.

Hubungan seksual yang teratur dalam kaitan dengan terjadinya kehamilan ialah sekitar dua kali seminggu. Dengan frekuensi ini, kuantitas dan kualitas sperma cukup baik untuk dapat membuahi sel telur. Dengan frekuensi yang teratur, pada suatu saat hubungan seksual akan berlangsung pada saat subur istri.

Sebaliknya, kalau hubungan seksual terlalu sering, kuantitas dan kualitas sel spermatozoa akan menurun, sehingga terjadi hambatan dalam membuahi sel telur. Oleh karena itu, saran agar Anda lebih sering melakukan hubungan seksual, saya pikir tidak benar.

Bukan berarti bahwa semakin sering melakukan hubungan seksual akan semakin cepat terjadi kehamilan. Walaupun hubungan seksual Anda hanya sekali seminggu, kalau tepat pada masa subur, mungkin saja terjadi kehamilan.

Frekuensi seksual 4-5 kali seminggu seperti disarankan teman Anda, saya pikir tidak baik bagi kuantitas dan kualitas sel spermatozoa. Dengan frekuensi yang sering itu, ketika saat subur Anda tiba, sel spermatozoa sedang dalam keadaan tidak normal, baik kuantitas maupun kualitasnya. Akibatnya, pembuahan terhambat dan kehamilan tidak terjadi.

Suami di Atas

Tentu saja pengaturan hubungan seksual ini menjadi tidak berguna bila terdapat gangguan kesuburan pada diri Anda atau suami. Kalau kesuburan salah satu pihak atau kedua pihak mengalami gangguan, kehamilan mengalami hambatan, bahkan tidak mungkin terjadi. Untuk mengetahui keadaan kesuburan Anda dan suami, tentu diperlukan pemeriksaan yang benar.

Mengenai posisi hubungan seksual, kalau tidak terjadi variasi letak mulut rahim, suami di atas merupakan posisi paling efektif untuk menghasilkan kehamilan. Namun, kalau terjadi variasi letak mulut rahim, diperlukan juga variasi posisi hubungan seksual.

Saya sarankan Anda dan suami berkonsultasi lebih jauh dan mendapat pemeriksaan untuk mengetahui keadaan kesuburan. Walaupun Anda dan suami masih berusia muda, bukan tidak mungkin mengalami gangguan kesuburan oleh sebab tertentu.

Banyak faktor yang dapat mengganggu kesuburan, baik pada pria maupun wanita. Tidak sedikit pasangan berusia muda mengalami gangguan kesuburan karena berbagai sebab yang acapkali tidak disadari. Melalui pemeriksaan dapat diketahui adanya gangguan kesuburan dan apa penyebabnya. Dengan demikian, dapat dilakukan upaya pengobatan yang benar. @
Sumber: Senior

No comments:

Post a Comment