Monday, August 18, 2008

Iklan Obat Keperkasaan Pria & Kehebatan Wanita

 
Iklan Obat Keperkasaan Pria & Kehebatan Wanita

Oleh: Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila Sp. And, Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi

Memang sulit menghadapi iklan, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan. Kalau mau jujur setiap hari kita selalu berhadapan dengan iklan, khususnya obat, yang sebenarnya juga mengandung unsur membodohi masyarakat.

Iklan tentang urusun seksual misalnya, iklan tentang urusan yang satu ini memang semakin merebak, dan semakin menyesatkan saja. Merebaknya iklan obat atau cara mengatasi masalah seksual tentu saja tidak dapat dilepaskan dari keinginan mereguk keuntungun dari semakin sadarnya masyarakat terhadap masalah seksual. Tetapi sayang sekali kalau produk yang diiklankan itu tidak memberikun manfaat, apalagi kalau sampai merugikan. Lebih celaka lagi kalau ada dokter yang ikut bermain di balik iklan yang menjanjikan kesembuhan dari masalah seksual, padahal secara ilmiah tidak dapat diterima bahkan dapat menimbulkan akibat buruk bagi musyarakat yang menggunakannya.

Iklan tentang susu, telur, madu, jahe (STMJ) yang dihubungkan dengan potensi seksual, sempat sangat populer, bahkan sampai saat ini. Dengan mudah, masyarakat terutama kalangan bawah, terangsang untuk mengonsumsi campuran itu. Bayangkan kalau seseorang yang menderita disfungsi ereksi akibat kencing manis atau kolesterol tinggi terus-menerus mengonsumsi campuran itu. Tentu saja akan muncul akibat yang lebih buruk.

Iklan lain menawarkan obat untuk menyembuhkan disfungsi ereksi (impotensi), yang berbentuk ramuan di dalam kapsul. Anehnya, ramuan ini digabungkan dengan iklan seseorang yang mengaku sebagai penyembuh masalah seksual dengan cara paranormal. Ada dua masalah yang muncul dari iklan ini. Pertama, ramuan di dalam kapsul yang tidak disebutkan apa isinya sehingga secara ilmiah tidak diketahui khasiat dan efek sampingannya. Kedua, penyembuhan secara paranormal yang digabungkan dengan ramuan itu. Penggabungan ini merancukan istilah paranormal dan ramuan.

Secara ilmiah disfungsi ereksi telah diketahui dengan jelas disebabkan oleh banyak hal, yang secara garis besar dibagi menjadi penyebab fisik dan penyebab psikis. Untuk mengatasi masalah ini, tentu penyebab yang ada harus diatasi dulu. Kalau tidak, maka upaya apa pun tidak akan dapat menyembuhkan disfungsi ereksi. Apalagi hanya dengan ramuan yang tidak diketahui apa isinya, sehingga secara ilmiah tidak jelas khasiat dan efek sampingannya.

Di media massa, secara mencolok dipasang iklan ramuan tradisional yang katanya berkhasiat untuk menghambat terjadinya ejakulasi. Sekali lagi, iklan ramuan yang tidak menyebutkan apa isi bahan di dalamnya, sungguh tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi bukan berarti ramuan yang jelas menyebutkan bahan kandungannya pasti dapat dipertanggungjawabkan.

Suatu kelemahan dalam obat tradisional di Indonesia ialah tidak melalui serangkaian penelitian ilmiah yang benar. Akibatnya, tidak diketahui benar apa zat aktifnya, bagaimana mekanisme kerjanya, apa khasiatnya, dan apa efek sampingannya.

Iklan yang lain juga menjual obat untuk disfungsi ereksi, dan ejakulasi dini. Tetapi iklan yang satu ini hanya mencantumkan nomor telepon genggam. Mereka yang tergiur segera menelepon nomor itu, dan mendapat penjelasan bahwa obat yang dijual berdasarkan resep seorang dokter. Memung tidak jelas apakah benar obat itu berdasarkan resep dokter atau bukan, ataukah dokter itu sendiri yang merangkap sebagai penjual obat bermodalkan telepon genggam.

Tetapi terlepas dari benar tidaknya obat itu berdasarkan resep dokter atau siapa penjualnya, iklan seperti itu jelas tidak dapat dipertanggungjawabkan. Masalahnya, disfungsi ereksi sebenarnya merupakan gejala dari penyebab dasar yang ada. Ini berarti pengobatan disfungsi ereksi yang dialami oleh seseorang tidak pasti sama dengan disfungsi ereksi yang diderita oleh orang lain. Mungkin si A menderita disfungsi ereksi karena gangguan saraf dan pembuluh
darah akibat penyakit kencing manis, sedang si B menderita disfungsi ereksi karena konflik dengan istrinya. Bagaimana mungkin A dan B harus menerima obat yang sama seperti yang diiklankan itu? Bahkan bukan tidak mungkin penderita disfungsi ereksi menjadi semakin parah akibat efek sampingan yang timbul. Kalau ini sampai terjadi, siapa yang harus bertanggung jawab?

Atau mungkin obat yang diiklankan itu sudah dijaga agar tidak menimbulkan efek sampingan. Tetapi siapa yang harus bertanggungjawab atas pembodohan yang dilakukan terhadap masyarakat melalui iklan yang mengandung kebohongan itu.

Di media massa juga dapat disaksikan iklan ramuan yang ditujukan untuk wanita. Bahkan ada iklan yang menyebut etnik tertentu yang dihubungkan dengan fungsi seksual wanita.

Seperti iklan ramuan untuk pria, iklan ramuan untuk wanita juga perlu dipertanyakan kebenarannya karena tidak jelas apa isi ramuan itu. Penyebutan etnik tertentu yang dihubungkan dengan "kehebatan" fungsi seksual wanita, hanyalah sebagian proses pembodohan masyarakat karena itu hanyalah suatu mitos.

Minyak oles bikin ereksi
Iklan lain yang juga cukup mencolok ialah iklan minyak atau obat oles untuk mengatasi gangguan ereksi. Sama seperti ramuan yang dikemas dalam kapsul, yang tidak jelas apa isinya, demikian pula minyak oles ini.


Memang mungkin obat dalam bentuk cairan atau krim yang dioleskan ke penis dapat menimbulkan ereksi melalui proses penyerapan pada kulit. Tetapi minyak yang diiklankan secara mencolok itu tidak menyebutkan apa isinya sehingga sulit diterima dan dipertanggungjawabkan.

Saat ini memang ada suatu ramuan dalam bentuk krim, yang sedang dalam tahap penelitian secara ilmiah. Krim tersebut antara lain mengandung bahan aktif pelebar pembuluh darah, sehingga diharapkan dapat membantu menimbulkan ereksi melalui penyerapan pada kulit penis.

Selain itu banyak pula iklan mengenai minyak, krim, dan obat semprot yang ditujukan untuk mengatasi ejakulasi dini. Pada umumnya obat ini mengandung zat anaestheticum (pemati rasa). Dengan mengoleskan atau menyemprotkan obat ini ke penis, maka penis menjadi tidak sensitif bahkan mati rasa, sehingga diharapkan orgasme dan ejakulasi tidak cepat terjadi. Sebenarnya cara menggunakan bahan pemati rasa adalah cara lama dalam upaya mengatasi ejakulasi dini. Hasilnya pun tidak terlalu memuaskan karena saraf perasa menjadi tidak berfungsi.

Barangkali diperlukan suatu sikap bertanggung jawab menghadapi iklan obat atau cara mengatasi masalah seksual yang disampaikan tanpa tanggung jawab, bahkan mengandung kebohongan dan membodohi masyarakat. Sebab kalau dibiarkan, masyarakat akan tetap menjadi korban dan menderita kerugian tidak hanya uang tetapi juga kesehatannya.*
Sumber: Senior

1 comment:

  1. FOREDI...Mudah-mudahan yang ini cocok untuk mitra bloger seindonesia raya, karena sudah banyak yang membuktikan khasiatnya.

    ReplyDelete