Wednesday, August 13, 2008

Seksologi: Kalau Suami Kewalahan

 
 
Seksologi: Kalau Suami Kewalahan

Oleh: Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila Sp. And, Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi

Tidak cukup hanya sekali, istrinya menuntut hubungan seksual dua kali sehari atau lebih. Belakangan dorongan seksualnya menurun, sehingga tidak mampu melayani sang istri.

Apa yang harus dilakukannya, apalagi ia tidak tega melihat istrinya kecewa sampai memukul-mukul kepalanya sendiri?

Kasus:

"Saya seorang suami berumur 41 tahun, istri 35 tahun. Kami menikah 3 tahun yang lalu, belum punya anak. Sebelumnya istri pernah menikah 2 tahun, lalu suaminya meninggal akibat kecelakaan. Setelah setahun menjanda, dia kemudian menikah dengan saya. Pernikahan kami cukup bahagia. Namun, ada satu masalah yang akhirnya mengganggu kami, khususnya saya. Mulanya waktu baru menikah, hubungan seks sangat sering, dan kami bisa menikmati. Selanjutnya istri saya menuntut tetap ingin melakukan hubungan seks sering. Paling sedikit sehari sekali, lebih sering sehari dua kali, kadang-kadang lebih. Kalau saya tidak memenuhi keinginannya, dia kecewa, sering juga marah. Masalah yang saya hadapi, akhir-akhir ini nafsu seks saya sepertinya menurun. Saya sering tidak bergairah, dan kalau istri memaksa, saya tidak mampu lagi. Istri sekarang sering marah, memukul-mukul kepalanya. Saya jadi bingung. Saya pernah coba merangsang dengan jari, tetapi selanjutnya dia menolak karena tahu saya tidak bisa ereksi. Kalau malamnya dia marah-marah, saya juga tidak bisa tidur. Besoknya saya mengantuk di tempat kerja, dia malah kadang-kadang tidak bisa kerja. Keadaan ini sudah mengganggu kehidupan kami sehari-hari. Kadang-kadang terlintas di pikiran saya, biarkan saja dia dengan laki-laki lain, meski sebenarnya saya tidak ingin itu terjadi. Apa yang harus saya lakukan? Apakah wajar seorang wanita bernafsu besar seperti itu? Apakah istri saya hiperseks? Mengapa nafsu seks saya menurun drastis? Apakah dapat dikembalikan ke keadaan semula?"

(N.M., Jakarta)

Jawaban:

Masalah Dorongan


Sebenarnya masalah muncul karena ada kesenjangan antara keinginan istri dan Anda untuk melakukan hubungan seksual. Keinginan itu tentu berkaitan dengan dorongan seksual. Andaikata dorongan seksual Anda tidak menurun, boleh jadi hubungan seksual dapat Anda lakukan sesuai keinginan istri.

Memang frekuensi hubungan seksual yang dikehendaki istri jauh lebih sering dibandingkan pada umumnya. Artinya, dorongan seksual istri memang kuat, didukung oleh kemampuan fungsi seksual lainnya. Untuk menentukan apakah istri Anda seorang hiperseksual, tentu diperlukan konsultasi lebih jauh. Namun, seorang yang hiperseksual selalu merasa tidak pernah terpuaskan, walaupun telah mencapai orgasme. Oleh karena itu, selalu menuntut hubungan seksual, tanpa keterlibatan emosi.

Beri Kesibukan

Menurunnya dorongan seksual Anda sangat mungkin disebabkan oleh hambatan psikis karena menghadapi tuntutan istri. Mungkin juga karena menghadapi reaksi istri kalau tuntutannya tidak dipenuhi, yaitu marah dan memukul kepalanya sendiri. Selanjutnya reaksi akan menjadi lebih buruk karena kehidupan sehari-hari sudah terganggu.

Menghadapi masalah ini, saya harap agar hubungan pribadi tidak menjadi semakin buruk. Beberapa langkah berikut dapat Anda lakukan:

Pertama, tetap memelihara komunikasi dengan istri. Tentu Anda yang harus lebih proaktif mengingat istri lebih banyak merasa jengkel.

Kedua, berikan penjelasan mengenai cara lain sebagai pengganti hubungan seksual, yang juga dapat memberikan orgasme, seperti masturbasi yang Anda lakukan, atau dengan menggunakan alat bantu. Walaupun istri pernah menolak, lebih baik Anda berikan pengertian lagi.

Ketiga, berikan kesibukan fisik dan mental yang cukup kepada istri, dengan harapan dapat menekan dorongan seksualnya.

Keempat. Anda dapat memenuhi keinginan istri melakukan hubungan seksual dengan bantuan pengobatan. Untuk mendapat pengobatan tentu Anda harus berkonsultasi dulu.

Kelima, ajak dan dampingi istri berkonsultasi lebih jauh.

Semoga masalah ini dapat Anda dan istri atasi bersama, sehingga kehidupan sehari-hari menjadi normal kembali. @
Sumber: Senior

No comments:

Post a Comment