Thursday, August 14, 2008

Seksologi: Ngeseks Sampai Tua Sehat?

 
Seksologi: Ngeseks Sampai Tua Sehat?

Oleh: Prof.DR.Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, Dokter ahli andrologi dan seksologi

Tidak benar anggapan bahwa hubungan seksual perlu dilakukan demi menjaga kesehatan dan menghindari gangguan prostat. Menurunnya gairah dan potensi seksual di usia tua, itu wajar saja. Namun, jika masih ingin menikmatinya, ada obat yang bisa membantu.

Kasus:

"Saya seorang manula yang telah berusia 68 tahun. Selama ini saya berusaha mempertahankan kebugaran dengan olahraga jalan pagi dua hari sekali. Tiap kali jalan selama 50-60 menit. Selain itu, saya sesekali berenang, tiap kali kira-kira 50 menit. Akhir-akhir ini saya mengalami penurunan hasrat melakukan hubungan seksual dengan istri (umur 61 tahun). Padahal sebelumnya saya berusaha melaksanakan ibadah tersebut rata-rata satu atau dua minggu sekali demi menjaga kesehatan badan. Pertanyaan saya, apakah hal tersebut karena faktor usia atau psikis, yaitu rasa jenuh, sebab istri juga kurang bergairah melakukannya? Istri bersikap pasif sekali, tidak pernah aktif. Bagaimana cara mengatasinya? Bila dibiarkan apakah akan berpengaruh, sehingga menyebabkan impotensi dan gangguan prostat?

(Harsono, Jakarta)

Jawab:

Jenis Penurunan


Di usia lanjut memang terjadi penurunan dalam reaksi seksual, baik pada pria maupun wanita. Ini disebabkan antara lain oleh menurunnya fungsi tubuh secara umum, misalnya kadar hormon testosteron dan elastisitas pembuluh darah.

Perubahan berupa kemunduran, yang sebenarnya telah dimulai pada usia pertengahan itu, seringkali menimbulkan masalah di dalam kehidupan seksual suami-istri. Karena itu, wajar bila terjadi penurunan dorongan atau gairah seksual pada usia lanjut.

Lebih jauh, pada usia lanjut, beberapa reaksi seksual pria pun mengalami sebagai berikut:

Diperlukan waktu lebih lama dan rangsangan langsung pada penis untuk mengalami ereksi. Ereksi terjadi dalam keadaan kurang kuat dan sudut yang terbentuk antara penis dan dinding perut menjadi lebih besar. Rata-rata sudut ereksi menurut golongan umur adalah sebagai berikut: Usia 20 tahun: 10% di atas garis horisontal; usia 40 tahun: sedikit di atas horisontal; usia 50 tahun: sedikit di bawah horisontal dan usia 70 tahun: 25 % di bawah horisontal

Intensitas ejakulasi menurun dan volume sperma berkurang.
Kebutuhan untuk mengalami ejakulasi biasanya juga berkurang
Periode refrakter menjadi semakin lama. Artinya, waktu yang diperlukan untuk dapat mengalami ereksi, melakukan hubungan seksual, dan mencapai orgasme lagi, menjadi lebih lama.

Perubahan-perubahan yang bersifat penurunan ini seringkali mencemaskan banyak pria, apalagi kalau tidak ada pengertian dari istrinya. Keadaan ini, akan terasa sebagai suatu masalah cukup besar dan mengganggu kalau terdapat perbedaan usia yang mencolok diantara mereka. Acapkali, tuntutan istri tidak terpenuhi, sehingga kehidupan seksual tidak harmonis.

Disfungsi seksual yang sering terjadi pada pria usia lanjut adalah disfungsi ereksi (dahulu disebut impotensi). Pada wanita sering terjadi dispareunia, yaitu rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual.

Disfungsi ereksi merupakan gangguan yang umum terjadi pada usia lanjut. Semakin banyaknya sel otot polos pada ruang-ruang pembuluh darah penis yang mengalami kematian pada usia lanjut, merupakan penyebab terjadinya gangguan ereksi.

Apalagi kalau terdapat penyakit atau gangguan lain yang berpengaruh terhadap fungsi ereksi, yang biasanya muncul pada usia lanjut. Misalnya, kencing manis, kolesterol di dalam darah, penyakit tekanan darah tinggi, dan penggunaan obat-obatan tertentu.

Faktor Psikis Juga

Di samping perubahan secara fisik yang mengakibatkan penurunan fungsi seksual pada usia lanjut, faktor psikis juga ikut berpengaruh. Kejenuhan dengan situasi yang monoton, sikap pasangan yang tidak membantu, dan kelelahan psikis kehidupan masa usia lanjut yang terasa sunyi, ikut mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi seksual.

Kalau Anda mengalami penurunan gairah, yang kemudian disertai dengan berkurangnya frekuensi hubungan seksual, saya pikir wajar dan dapat dimengerti. Selain penurunan fisik yang terjadi seiring perjalanan usia, faktor psikis juga Anda alami. Seperti pengakuan Anda, istri pasif sekali, tentu merupakan faktor yang ikut menambah penurunan fungsi seksual.

Namun, sikap istri yang pasif sekali tentu dapat juga dimengerti. Sangat mungkin istri Anda sudah tidak menikmati lagi kehidupan seksual, walaupun bukan berarti semua wanita usia lanjut seperti itu. Dalam keadaan seperti ini saya pikir Anda juga harus dapat memahami keadaannya.

Saya berpendapat, sebenarnya Anda tidak mengalami masalah. Kalau dorongan atau gairah seksual Anda menurun, sebenarnya bukan masalah mengingat istri juga demikian. Berarti antara Anda dan istri tidak terjadi kesenjangan seksual karena kedua pihak sama-sama mengalami penurunan dorongan tersebut.

Lain halnya bila dorongan seksual Anda tetap kuat, tetapi istri tidak bergairah lagi. Atau sebaliknya, istri masih kuat padahal dorongan seksual Anda lenyap. Masalah juga muncul bila dorongan seksual Anda kuat, tetapi ereksi terganggu.

Anggapan Salah

Agaknya ada satu hal yang membuat Anda menjadi merasa mempunyai masalah, yaitu anggapan bahwa melakukan hubungan seksual "demi untuk menjaga kesehatan badan".
Apalagi kalau saya kaitkan dengan pertanyaan di atas, "bila dibiarkan apakah akan berpengaruh sehingga menyebabkan impotensi dan gangguan prostat?"

Dari kalimat di atas dapat saya simpulkan bahwa Anda ingin tetap lebih sering melakukan hubungan seksual agar tubuh sehat. Paling tidak agar Anda tak mengalami impotensi atau gangguan kelenjar prostat.

Saya ingin menjelaskan bahwa anggapan tersebut tidak benar. Justru disebabkan kesehatan yang terganggu antara lain karena faktor usia, maka terjadi gangguan fungsi seksual, seperti gairah menurun dan disfungsi ereksi. Pembesaran kelenjar prostat atau ynag lebih populer disebut prostat saja (walaupun sebutan ini salah), tidak ada hubungan dengan sering tidaknya melakukan hubungan seksual.

Memang ada mitos yang beredar di masyarakat, antara lain kalau terlalu sering melakukan hubungan seksual dapat mengalami gangguan prostat. Sebaliknya, kini Anda khawatir atau menganggap kalau jarang melakukan hubungan seksual dapat mengakibatkan gangguan prostat. Sekali lagi, anggapan itu tidak benar.

Saya harap dengan penjelasan ini Anda dapat meluruskan pengertian tentang hubungan seksual dalam kaitannya dengan kesehatan dan kelenjar prostat. Dengan demikian, Anda tidak bingung lagi tentang mitos melakukan hubungan seksual untuk menjaga kesehatan tubuh dan agar Anda tidak mengalami gangguan prostat.

Hanya saja, kalau Anda tetap ingin agar dorongan seksual meningkat, dapat dibantu dengan pengobatan. Tentu sebelumnya, Anda harus menjalani pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengetahui gangguan apa saja yang terjadi.

Cuma masalahnya, bagaimana dengan istri yang tampak tidak bergairah dan pasif? Masalah seksual adalah masalah pasangan suami-istri. Karena itu, kehidupan seksual istri harus diperhatikan juga. Silakan mendiskusikannya dengan istri lebih dahulu.@
Sumber: Senior

No comments:

Post a Comment