Thursday, December 25, 2008

Menyiasati Hubungan Intim yang Aman

 

Oleh dr Hardi Susanto SpOG

Ny Anastasia, 24 tahun, seorang ibu muda yang baru dua bulan menikah, datang berkonsultasi ke tempat praktik saya, ditemani suaminya. Pasangan muda ini kelihatannya sangat concern. "Dokter, apa yang harus kami lakukan untuk dapat melakukan hubungan intim dengan aman?" tanya mereka bersemangat.

Sebenarnya, berhubungan intim yang aman itu dapat kita lihat dari tiga aspek.

1. Aspek psikososial

2. Aspek penyakit hubungan seksual (PHS)

3. Aspek pencegahan kehamilan (KB).

1. Aspek psikososial:

Aspek ini biasanya timbul pada pasangan yang belum menikah atau pasangan yang bukan suami istri yang sah.

Stres saat berhubungan intim selalu menghantui pasangan seperti ini, rasa takut akan ketahuan orang karena sembunyi-sembunyi.

Hal ini tentu dapat sangat mengganggu pasangan tersebut dalam berhubungan intim sehingga akan ada rasa tidak aman dan gangguan psikologis untuk mereka selama berhubungan.

2. Aspek Penyakit Hubungan Seksual (PHS):

PHS adalah penyakit infeksi yang menular pada saat berhubungan seksual.

Penyakit ini ada beragam jenis, tetapi modus penularannya sama, yaitu semuanya dapat ditularkan oleh pasangan yang satu kepada yang lainnya melalui hubungan seksual.

Contoh yang paling sering ditemui adalah sifilis, gonore, klamidia, jamur, trikomonas, herpes simpleks genitalis, kondiloma, atau penyakit-penyakit lain yang lebih serius dan lebih sulit diobati, seperti HIV/AIDS dan lain-lain.

Penularan penyakit-penyakit seperti ini sebenarnya dapat dihindari dengan melakukan safe sex, artinya jangan berganti-ganti pasangan, lakukanlah seks yang bersih dan aman, jaga hygiene alat kelamin dan gunakan kondom bila perlu untuk menghindari penularan penyakit.

Bila salah satu pasangan ternyata terkena atau dicurigai terkena penyakit infeksi seksual, segeralah pergi ke dokter untuk berobat. Jangan ditunda-tunda. Karena penyembuhan dan pencegahan penularan itu juga tergantung pada berapa cepatnya kita mengobati penyakit infeksi tersebut.

3. Aspek pencegahan kehamilan:

Keluarga Berencana adalah metode untuk mencegah atau menjarangkan kehamilan. Untuk pasangan yang sudah merencanakan berapa jumlah anak yang ingin mereka miliki atau menjaga jarak usia anak-anak mereka. Juga untuk pasangan muda seperti Ny.Anastasia ini, yang mungkin mau menunda dulu kehamilan, masih ingin enjoy dan belum ingin mempunyai anak dahulu.

Cara ber-KB yang baik dan aman dapat dikonsultasikan di Pusat-pusat pelayanan KB, Puskesmas, Bidan dan dokter.

Ber-KB yang aman itu dapat dilakukan dengan metode alami, seperti KB kalender/pantang berkala, sanggama terputus (coitus interruptus), maupun metode dengan menggunakan alat, seperti kondom, spiral/IUD (AKDR), pesarium dan lain-lain. Metode obat, mulai dari KB tissue, KB pil, suntikan dan susuk (implant) sampai yang terbaru adalah metode dengan mengunakan plester kulit, atau metode permanen (sterilisasi) untuk pasangan suami istri yang sudah tidak menginginkan anak lagi, disebut tubektomi pada wanita (MOW) dan vasektomi pada pria (MOP).

Beragam metode KB itu tentu memiliki tingkat keamanan (Pearl Index) dan dampak sampingan yang berbeda-beda. Metode mana yang paling cocok dan paling baik, tentunya harus dibicarakan secara intensif oleh pasangan tersebut dengan seorang konsultan atau dokter/ bidan. Karena tentunya tidak semua pasangan ingin menggunakan metode yang sama dan juga tidak semua metode itu cocok untuk setiap orang.

Setiap metode KB memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga konsultasi yang intensif sangat diperlukan dalam hal ini.

"Seandainya saya hamil nanti, nutrisi penting apa yang harus saya perhatikan selama kehamilan?", tanya Ny Anastasia lagi.

Nutrisi penting pada masa kehamilan adalah nutrisi yang baik dan seimbang: "Empat Sehat Lima Sempurna". Semua komponen gizi harus mencukupi dan seimbang, mulai dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin ditambah dengan susu.

Karbohidrat dan lemak tidak perlu dikonsumsi banyak-banyak, asal mencukupi. Karena konsumsi karbohidrat dan lemak yang berlebihan akan ditumpuk sebagai lemak dalam tubuh dan akan berakibat kegemukan (obesitas) yang tidak sehat buat ibu dan bayi.

Protein itu penting, karena selain sumber pertumbuhan tubuh dan otak bayi, juga sering kali ditemukan adanya gejala anemia (kurang darah) pada ibu-ibu hamil yang nutrisinya kekurangan protein maupun zat besi.

Protein yang baik bersumber dari daging yang tidak berlemak, ikan itu sangat baik, ikan laut ataupun darat.

Seafood sebetulnya juga mengandung banyak protein, akan tetapi udang, kepiting juga mengandung kadar kolesterol yang tinggi. Kerang-kerangan seringkali tercemar oleh polusi dari air laut.

Susu kaya akan protein dan zat-zat berguna lainnya, seperti kalsium, DHA, Omega3, Omega6 dan banyak-banyak lagi, yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. Semuanya itu tersedia secara alami di dalam susu, yang pasti lebih murah dan bermanfaat ketimbang mengkonsumsi zat-zat tersebut secara sintetis.

Untuk orang-orang yang tidak dapat mengonsumsi susu sapi, karena penyakit ensimatis tertentu, boleh menggantikan susu sapi dengan susu kedelai. Juga susu yang dikonsumsi ibu hamil sebaiknya susu yang berkadar lemak rendah (low fat).

Vitamin sangat penting untuk ibu hamil dan kebanyakan dapat dikonsumsi melalui makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan atau sebagai suplemen yang diberikan dokter. Tetapi juga berbagai mineral penting, seperti Kalsium, Magnesium, Selenium, Zincum, juga asam folat, zat besi dll harus mencukupi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu pada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

Selain itu harus diperhatikan juga bahwa makanan untuk ibu hamil itu harus senantiasa dijaga kebersihannya. Harus dimasak dengan baik dan matang untuk mencegah penularan penyakit-penyakit infeksi yang merugikan dan berbahaya.

Jadi nutrisi terbaik untuk ibu hamil adalah makanan yang bersih, matang dan sehat serta bergizi seimbang dengan menitik beratkan kepada kandungan protein dan susu. Karena di abad ke-21 ini, kita tentunya harus lebih memperhatikan kualitas dan inteligensia anak-anak generasi penerus kita untuk dapat menjadi bangsa yang lebih pandai, lebih maju dan dapat bersaing dalam kancah persaingan global dimasa yang akan datang.

"Bagaimana melakukan hubungan intim yang aman pada masa kehamilan?"

Pada prinsipnya, wanita hamil boleh saja melakukan hubungan intim selama kehamilannya tidak terganggu. Artinya selama kehamilannya berjalan normal dan tidak ada masalah yang mengganggu kehamilan itu, seperti perdarahan, kontraksi, letak plasenta di bawah, dan lain-lain.

Wanita hamil boleh saja berhubungan intim sampai satu bulan terakhir sebelum melahirkan.

Pada trimester pertama hubungan intim harus lebih berhati-hati karena biasanya kehamilan trimester pertama belum stabil dan dapat mengakibatkan keguguran.

Posisi yang aman pada wanita hamil dalam melakukan hubungan intim adalah posisi misionaris pada kehamilan muda dan posisi dari belakang (doggy position ) pada kehamilan yang lebih tua. Penetrasi harus dilakukan perlahan-lahan, jangan ditekan dan terutama perut Ibu hamil jangan sampai tertekan atau tertindih oleh pasangannya.

Apabila ada keragu-raguan apakah wanita hamil itu dapat melakukan hubungan seksual dengan aman atau tidak, dianjurkan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. *

Penulis adalah ahli kandungan pada Siloam Graha Medika Hospital Jakarta

No comments:

Post a Comment