Lelaki atau perempuan tentu mempunyai keinginan yang sama ketika mereka memutuskan untuk menikah. Impian mereka, apa lagi, kalau bukan cinta abadi dan menjadi pasangan hidup yang berbahagia sepanjang waktu.
Untuk mewujudkannya memang tidak semudah membalik telapak tangan. Masa berpacaran sering disebut orang sebagai yang paling indah. Sayang, suasana mesra dan indah sering kali tidak berlangsung lama begitu mereka telah terikat tali perkawinan. Beragam persoalan mulai kerap terjadi sehingga membuat pasangan lebih senang saling menghindar.
Pasangan pun jadi jarang melakukan hal-hal yang menyenangkan secara bersama-sama. Mereka tidak lagi berbicara layaknya sahabat dan sering beradu argumentasi. Dalam situasi seperti ini, salah satu atau keduanya tidak lagi saling mendukung sehingga menimbulkan stres.
Sebenarnya suasana perkawinan yang tidak harmonis dan bagai dalam neraka itu bisa saja dihindari. Suatu penelitian terhadap 100 pasangan berbahagia dan tidak bahagia telah dilakukan di Malaysia beberapa waktu lalu. Hasilnya menunjukkan bahwa pasangan yang melaksanakan tip di bawah ini dapat menjalani hidup berumah tangga dengan bahagia. Berikut enam langkah yang katanya dapat membuat perkawinan jadi harmonis dan tahan lama.
Kencan merupakan saat paling penting. Lewat berkencan, seperti makan malam, nonton atau sekadar berbincang-bincang, kita dapat lebih mengenal karakter masing-masing pasangan. Sayang, hal seperti itu menjadi jarang dilakukan, setelah pasangan menikah. Karena itu, atur waktu untuk berkencan dengan pasangan. Sekali-sekali kan tidak ada salahnya meninggalkan anak dan rutinitas pekerjaan rumah tangga untuk bersenang-senang. Atau pilihlah aktivitas lainnya yang dapat menyenangkan hati. Kadang-kadang ide gila bisa jadi yang paling baik.
Saling percaya dan menghargai. Agama, kepercayaan, filosofi, nilai-nilai, latar belakang budaya dan pengalaman dapat membentuk kepribadian dan identitas diri. Hal itu dapat memperkuat dan melemahkan hubungan perkawinan. Jika masing-masing pasangan mempunyai perspektif berbeda, bicarakan dengan gamblang dan terus terang sebelum masalah itu berubah menjadi perseteruan. Lakukan negosiasi agar hidup berjalan nyaman. Hargai perbedaan masing-masing dan hadapi setiap perbedaan dan masalah sebagai sebuah tim.
Harapan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya latar belakang keluarga, hubungan di masa lalu, etnis dan agama. Harapan setiap orang tentu berbeda satu sama lain. Sebab itu, pahami harapan pribadi dan pastikan masih masuk di akal. Ekspresikan harapan dengan jelas terhadap pasangan agar tidak menimbulkan syak wasangka.
Tangani semua persoalan secara positif. Konflik merupakan bagian dari suatu hubungan. Tidak jarang lelaki dan perempuan menangani ketidaksepakatan dengan cara berbeda. Padahal, sesungguhnya mereka menginginkan kesamaan dalam suatu hubungan. Sebagai contoh, suami ingin sang istri meninggalkan pekerjaan dan tinggal di rumah mengurus anak-anak, sementara alasan istri bekerja adalah untuk menunjang perekonomian keluarga. Jika hal itu menimbulkan masalah, dengarkan apa yang menjadi perhatian masing-masing dengan tenang dan konstruktif. Hargai pendapat masing-masing. Jika tidak mendapatkan titik temu, atur waktu untuk mencari tempat yang nyaman untuk membicarakan masalah itu lebih mendalam. Jika tidak mendapatkan solusi, beri tenggang waktu dan bersabarlah untuk memperkukuh tali perkawinan.
Saling memaafkan. Penelitian menunjukkan bahwa kemarahan dan kebencian merupakan pemicu hancurnya perkawinan. Kebencian hanya membuat pasangan saling menyakiti. Ketika seseorang sudah terikat dalam suatu lembaga perkawinan, mereka harus lebih bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukan. Beri tahu pasangan bahwa yang diinginkan adalah kebenaran. Tunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki suasana. Jika merasa disakiti, maafkan dan ambil langkah untuk introspeksi diri. Tidak kurang penting, sadarilah bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
Teguh terhadap janji pernikahan. Komitmen merupakan unsur terpenting dalam suksesnya sebuah perkawinan. Suatu perkawinan dapat bertahan lama jika pasangan memiliki komitmen pada hubungan harmonis, serta dapat menerima pasangan apa adanya. Bagi pemula, tempatkan perkawinan di atas segalanya. Jangan pernah mengeluarkan ancaman pada pasangan dengan kata-kata cerai. Keinginan menjalankan hidup bebas atau selingkuh dapat membuat hilangnya rasa percaya dan keyakinan. Sebaliknya, pelihara visi dengan cara menjunjung tinggi tujuan dan impian masa depan bersama.
Dra Linda Sutina Irawan, MSi,
Pengamat Sosial
No comments:
Post a Comment