Menopause nyatanya bukan hanya dialami kaum wanita. Para pria setengah baya pun tidak jarang dihinggapi gejala yang umumnya ditandai dengan kelelahan, murung, dan gangguan emosional lainnya. Jika selama ini kita mengenal istilah menopause, gejala serupa yang dialami pria dikenal dengan sebutan manopause.
Jika suami tiba-tiba menjadi gemar menggerutu dan mulai dingin di tempat tidur, jangan buru-buru menyalahkannya. Sebab, boleh jadi semua itu akibat semakin berkurangnya hormon. Jumlah hormon testosteron mencapai puncaknya saat pria berusia 20-30 tahun. Dan setelah memasuki usia 40 tahun, biasanya secara alamiah akan semakin berkurang sekitar satu persen setiap tahunnya.
Testosteron bertanggung jawab terhadap pembentukan karakteristik pria, seperti tumbuhnya rambut di wajah, perkembangan penis, dan produksi sperma. Namun, tugas utama hormon tersebut yang tidak kurang pentingnya adalah untuk pertumbuhan tulang, otot dan mempengaruhi suasana hati.
Nah, ketika jumlah testosteron berkurang, pria dapat mengalami gangguan kesehatan, baik secara fisik maupun emosional. Dalam beberapa kasus, berkurangnya hormon testosteron dapat menimbulkan efek yang lebih berat lagi. Gejala ini biasa disebut androgen deficiency.
Gejala androgen deficiency yang ditandai dengan berkurangnya jumlah testosteron dalam darah berpengaruh pada kekuatan otot dan dapat menyebabkan pria menjadi cepat lelah, mudah marah, dan depresi.
Seperti halnya wanita, gejala manopause yang dialami pria dapat menimbulkan kegerahan dan keringat sehingga membuat tubuh jadi cepat lelah. Tidak jarang pula yang mengeluh kehilangan libido, bahkan mengalami gangguan disfungsi ereksi.
Namun, tidak seperti menopaus di kalangan wanita yang lebih sering dibicarakan dan lebih mudah diidentifikasi, gejala androgen deficiency pada pria jarang dikenali orang.
Kualitas Hidup
Banyak dokter yang meyakini jumlah testosteron yang rendah dapat mempengaruhi kualitas hidup pria. Oleh sebab itu, jangan heran jika kini begitu banyak metode dan obat yang ditawarkan untuk menambah jumlah hormon testosteron yang khasiatnya menimbulkan beragam opini, baik pro maupun kontra.
Injeksi, implant, dan kapsul adalah metode terapi yang paling banyak dilakukan orang di Australia untuk menanggulangi gejala androgen deficiency. Serupa terapi hormon yang banyak dilakukan wanita, terapi ini pun dimaksudkan untuk menambah jumlah hormon testosteron dan menanggulangi gejala lainnya seperti ketidakseimbangan emosi, mudah marah dan kehilangan libido.
Terapi melalui injeksi biasanya dilakukan dengan cara menyuntikkan hormon tersebut pada otot setiap 2-3 minggu sekali. Sementara, terapi implant dapat digunakan setiap saat. Caranya, testosteron berupa pil kecil 1 cm ditanam di bawah kulit di bagian perut atau bokong.
Di Inggris atau Amerika, ada metode yang lebih praktis lagi, yaitu dengan cara menggosokkan testosteron berupa gel ke kulit di bagian tangan atau punggung. Selain itu ada pula testosteron berupa krem yang digosokkan dua kali sehari di bagian paha, tangan dan perut. Namun, di beberapa negara lain, krem tersebut masih dalam tahap uji coba.
Keliru jika ada yang beranggapan berkurangnya jumlah hormon testosterone dapat ditanggulangi dengan mengonsumsi obat kuat seperti Viagra, Cialis, dan produk-produk baru lainnya seperti Levitra. Obat-obatan tersebut semata-mata untuk mengobati gejala disfungsi ereksi.
Obat tersebut memang efektif dalam hal mempertinggi aliran darah sehingga alat vital pria mampu berereksi, namun tidak dapat meningkatkan jumlah testosteron. Jika keampuhan Viagra dan Levitra dapat berlangsung hingga beberapa jam, Cialis dikabarkan dapat bertahan lebih dari 36 jam. Makanya, obat yang dipakai untuk mengatasi gangguan disfungsi ereksi ini sekarang banyak digunakan kaum lelaki di seluruh dunia. Penjualannya pun menunjukkan angka yang fantastis. (RI/R-6)
Artikel anda:
ReplyDeletehttp://kesehatan.infogue.com/
http://kesehatan.infogue.com/pria_dan_manopause
promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema untuk para netter Indonesia. Salam!