Perempuan memiliki kebutuhan yang besar untuk didengar. Kebutuhan itu harus terpenuhi dahulu, barulah ia siap menerima pandangan pria. Argumentasi yang sering terjadi dalam rumah tangga berpangkal pada masalah dengar dan tidak dengar itu, menurut Doktor John Gray, penulis buku terlaris di dunia mengenai perkawinan, yaitu "Men are from Mars, Women are from Venus".
Banyak pasangan yang bertingkah seperti anak kecil. Mereka saling menyalahkan. Ingatlah pada pepatah tua yang berbunyi, "Ketika Anda menunjuk orang lain, tiga jari Anda menunjuk ke diri sendiri". Artinya, Anda bertanggung jawab juga pada apa yang terjadi. Demikian dikatakan Gray baru-baru ini kepada wartawan dari situs mengenai perceraian (divorcemagazine.com).
Tiga jari itu mengingatkan bahwa Anda bersikap seperti anak usia tiga tahun, lanjut Gray. Setiap pasangan harus mengenal bentuk-bentuk komunikasi yang kekanak-kanakan dan mencoba formula baru, formulanya orang dewasa.
Gray menamakan formula itu Rencana B. Rencana A biasanya merupakan reaksi otomatis yang mungkin kita pelajari dari cara orangtua berkomunikasi, dari cara kita berkomunikasi ketika masih anak-anak.
Ketika masih saling cinta, kita bisa bersikap dewasa. Tapi ketika merasa tak berdaya untuk mendapatkan apa yang diingini, kita mulai bersikap kekanak-kanakan. Mulai menjadi terlalu bergantung pada pasangan sehingga lupa bahwa kita punya kekuatan dalam diri sendiri untuk mendapatkan apa yang diingini dengan cara orang dewasa.
Maka dibutuhkan kecakapan baru dalam berkomunikasi. Pelajarilah.
Langkah pertama, kaum pria perlu belajar mendengarkan ketika perempuan berbicara. Kemudian perempuan berterima kasih karena didengarkan. Bila ini dilakukan perempuan, maka pria akan belajar sesuatu yang penting yaitu mendengarkan, bukan langsung memberikan solusi pada saat itu juga.
Dengarkan saja. Dengarkan sampai dia selesai. Baru setelah itu dia akan bersikap lebih terbuka terhadap solusi yang diberikan pria. Jangan buru-buru tawarkan solusi. Dia belum siap mendengarkan. Perempuan umumnya cuma mau bicara, bukan minta pendapat.
Kaum pria punya kecenderungan bersikap analitis, objektif dan gemar memecahkan masalah. Ini hal yang menjengkelkan perempuan. Mengapa? Karena solusi yang diucapkan itu terdengar sebagai penilaian bahwa perempuan telah berpikiran tidak logis, oleh karena itu tak sepantasnya menjadi kecewa karena hal itu.
Ketika perempuan berbicara, dia hanya ingin membagi perasaannya sebelum masuk ke bagian pembicaraan yang logis. Maka soal memecahkan masalah, tunggu nanti saja. Dia sendiri akan mengajukan pertanyaan. Itu artinya, dia sudah siap mendengarkan.
Hubungan yang Baru
Ada banyak pasangan cerai yang tak pernah lepas dari trauma perceraian selama bertahun-tahun kemudian. Ada yang bahkan telah 30 tahun bercerai namun tetap merasa sakit dan marah seakan-akan hal itu terjadi kemarin. Mengapa demikian?
Semua emosi negatif bisa mencegah terjadinya penyembuhan terhadap perasaan yang terluka, sampai bercerai maupun tidak bercerai. Gray menganjurkan membuat inventarisasi perasaan.
Pertama, buatlah daftar mengenai bagaimana pasangan Anda menyumbangkan perannya bagi keretakan perkawinan Anda. Tuliskan segala hal yang membuat Anda marah dan sakit hati. Kemudian buat daftar lain berisikan peran Anda pada terjadinya keretakan itu.
Membuat inventarisasi semacam itu akan membuat Anda bisa memaafkan pasangan Anda dan diri sendiri. Hanya dengan demikianlah hidup bisa terasa berjalan terus.
Setiap orang perlu melihat kembali hubungannya dari sudut pandang yang tidak terlalu menghakimi, tidak melulu menyalahkan. Itulah maknanya memaafkan, satu-satunya kunci pembuka menuju hubungan yang baru.
Bagi sejumlah orang, hal itu bisa berarti berkonsultasi atau membicarakan hal-hal yang menyakitkan kepada orang-orang yang bisa mengerti.
No comments:
Post a Comment