Saturday, January 24, 2009

Menopause Perempuan

Istilah menopause diberikan kepada perempuan yang sudah mengalami henti haid secara menetap. Masa menopause -tidak seperti yang diperkirakan orang sebelumnya- ternyata banyak menyimpan misteri yang perlu digali. Banyak perubahan yang terjadi pada perempuan menopause. Perubahan yang sebenarnya sudah dimulai sejak usia 30-an, 40-an hingga memasuki 50-an bahkan 60-an.

Menopause di Indonesia

Pembangunan yang berlangsung dengan pesat di Indonesia berdampak sangat luas bila ditinjau dari segi pendidikan, pengetahuan, dan kesehatan. Berkat pembangunan di bidang kesehatan, angka harapan hidup manusia Indonesia semakin panjang saat ini. Jika tahun 2000 jumlah perempuan menopause diperkirakan baru mencapai 21,8 juta orang, tahun 2025 jumlah perempuan yang menopause bisa mencapai 60-70 juta orang. Dengan persoalan menopause yang kompleks, angka tersebut tentu tidak bisa dianggap kecil.

Usia Menopause

Usia perempuan saat memasuki menopause tidaklah sama, tergantung banyak hal. Misalnya, status gizi dan faktor kesehatan pada umumnya.

Selain itu faktor ekonomi sosial turut juga berperan. Pada Tabel 1 usia perempuan menopause di berbagai negara/bangsa, terlihat bahwa di negara berkembang usia menopause lebih rendah dibanding dengan usia menopause di negara-negara maju.

Perubahan

Setelah kurang lebih 30 tahun indung telur berfungsi menghasilkan telur dan hormon-hormonnya terutama estrogen dan progesteron, pada usia sekitar 40-49 tahun fungsi itu akan menurun. Penurunan fungsi indung telur berlangsung secara berangsur-angsur selama empat-lima tahun. Pada masa tersebut indung telur tidak peka lagi terhadap rangsangan dari otak, sehingga telur tidak dapat berkembang lagi menjadi matang. Akibatnya, ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur) jarang terjadi.

Dengan jarang terjadinya ovulasi yang kemudian akhirnya berhenti, indung telur sendiri akan mengecil dan beratnya menjadi berkurang. Produksi hormon perempuan (estrogen) makin lama makin berkurang, sehingga haid pun menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti (menopause, mati haid).

Jika dipandang dari keseimbangan hormon tubuh, sebenarnya menopause bisa disebut suatu keadaan (penyakit) akibat kekurangan hormon estrogen. Tetapi, kalau dipandang dari sudut ilmu kedokteran, itu harus diterima sebagai suatu keadaan alamiah yang akan dialami oleh seorang perempuan pada satu periode waktu.

Meskipun terjadi perubahan hormonal, fisik dan psikososial dalam kehidupan seorang perempuan, menopause bukanlah akhir dari kehidupan muda atau seksualitas perempuan tersebut. Beberapa generasi yang lalu, hanya sedikit perempuan yang hidup dalam masa menopause (sehubungan dengan usia harapan hidup yang pendek), namun saat ini masa menopause bisa merupakan sepertiga hingga setengah dari masa hidup seorang perempuan.

Untuk itulah, mereka yang mengalami menopause harus pandai-pandai menyiasatinya. Beruntunglah kita yang hidup pada masa kini. Dengan makin berkembangnya ilmu kedokteran, informasi kesehatan makin terbuka, gejala yang ditimbulkan pada masa menopause bisa dimanipulasi, sehingga masa tersebut bisa dilalui dengan nyaman.

Gejala Menopause

Meskipun tidak dialami oleh semua perempuan menopause, secara umum gejala menopause adalah sebagai berikut.

a. Menstruasi Tidak

Teratur

Jika seorang perempuan sudah tidak bisa memperkirakan lagi kapan mens-nya akan datang (padahal sebelumnya bisa), saatnya untuk siap-siap akan datangnya sang menopause itu. Pada masa pra-menopause, siklus menstruasi bisa menjadi tidak teratur. Perubahan siklus itu termasuk juga yang berhenti secara tiba-tiba. Jika telah setahun tidak mengalami mens lagi, bisa disebut sudah masuk dalam masa menopause. Lihat Grafik 1. Kronologis masa kehidupan perempuan.

b. Kesuburan Menurun

Saat ovulasi mulai tidak teratur, kemungkinan untuk hamil menjadi berkurang. Harus diingat, meskipun menstruasi sudah jarang, tetapi belum berhenti, kemungkinan untuk hamil masih tetap ada.

c. Hot Flushes

Tidak semua perempuan menopause akan mengalami rasa panas yang menjalar dari leher ke wajah karena banyak hal, antara lain adalah perbedaan kebudayaan (apakah cukup sensitif merasakannya atau tidak). Pada penduduk Hong Kong hal itu dirasakan sekitar 10-22 persen perempuan menopause. Angka tertinggi diperoleh dari negeri Belanda, yaitu sekitar 80 persen.

Mekanismenya, saat tingkat hormon estrogen jatuh di bawah normal, pembuluh darah akan melebar secara cepat yang menyebabkan suhu kulit meningkat. Hal itu bisa menyebabkan terasa seperti panas yang mengalir ke atas dari dada ke bahu, leher dan kepala.

Pada saat itu, keringat akan keluar untuk meredakan panas yang terjadi. Berikutnya akan terasa dingin, lemah bahkan bisa jatuh pingsan. Wajah penderita terlihat memerah dan bisa timbul bintik merah pada dada, leher dan lengan. Hot flushes (demikian istilahnya, yang berarti semburan panas) bisa berlangsung dari 30 detik hingga 30 menit, tetapi rata-rata sekitar dua hingga tiga menit.

Frekuensi terjadinya hot flushes tidak tentu, bisa dialami sekali sejam atau hanya kadang-kadang saja. Kejadiannya bisa terjadi kapan saja. Itu bisa dialami -menjadi bagian dari hidup- selama satu tahun atau lebih. Umumnya hot flushes dimulai pada usia 47-48 tahun.

d. Keringat Malam

Berkeringat pada malam hari sering merupakan konsekuensi dari hot flushes. Penderita bisa tiba-tiba terbangun dengan badan yang basah kuyup oleh keringat yang diikuti dengan perasaan kedinginan. Biasanya setelah mengalami hal itu, akan sulit untuk tidur kembali, atau pun sukar tidur nyenyak.

Sekitar seperempat perempuan paruh baya mengalami susah tidur (insomnia). Kekurangan tidur mempengaruhi situasi hati (mood) dan kesehatan secara keseluruhan.

e. Perubahan pada Vagina

Saat kadar hormon estrogen turun dalam darah, selaput yang melapisi vagina dan saluran kencing menjadi kering, tipis, dan kurang elastis. Perubahan itu menyebabkan perasaan seperti terbakar atau gatal pada alat keperempuanan tersebut. Itu diikuti dengan peningkatan kejadian infeksi saluran kemih atau vagina.

Jangan heran, jika aktivitas seksual pun menjadi tidak nyaman lagi, bahkan bisa menimbulkan sakit.

f. Perubahan Penampilan

Penampilan penderita akan berubah. Pada masa dan setelah menopause, lemak yang tadinya terkonsentrasi pada panggul dan paha, kini naik ke pinggang dan perut. Pada saat itu akan timbul ketidakpercayaan diri, akibat perubahan pada payudara, menipisnya rambut serta kulit menjadi berkerut. Tubuh pun menjadi mudah menjadi gemuk.

g. Perubahan Emosi

Selama melalui masa menopause, perasaan penderita tidak menentu, mudah marah/tersinggung atau sedih karena ketidakstabilan hormon yang ada. Selain itu, perasaan itu bisa juga diperparah dengan stres (perasaan ditinggal) akibat penyakit yang diderita, kematian orangtua, anak-anak yang beranjak dewasa dan pensiun.

h. Penyakit Waktu

Menopause

Selain gejala-gejala di atas, ternyata penelitian yang dilakukan terus menerus menemukan bahwa secara statistik pada perempuan menopause terjadi pertambahan jumlah kejadian kerapuhan tulang (osteoporosis) serta kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Kerapuhan tulang menyebabkan perempuan menopause sering mengalami patah tulang, sedangkan penyakit kardiovaskuler yang terjadi adalah penyakit jantung koroner. Angka kanker payudara maupun kanker endometrium turut juga meningkat pada masa menopause.

Kronologis Masa Kehidupan Perempuan

Pra Pubertas --> Pubertas -> Menarche -> Reproduksi --> Pramenopause -> Menopause -> Pasca Menopause -> Ooforopause-> Pra Senium -> Senium.

(Sumber: Perkembangan Pelayanan Menopause di Indonesia oleh Ratna Suamil & Biran Affandi)

No comments:

Post a Comment