Sunday, January 18, 2009

Menunda Kehamilan

Kata orangtua jaman dulu, tak baik menunda pernikahan maupun kehamilan. Kata pasangan masa kini, tak baik buru-buru kalau belum siap mental dan materi. Kata dokter masa kini, yang betul itu orangtua jaman dulu.

Doktor Christopher Chen, ahli ginekologi yang merangkap kepala bagian 'pembuatan bayi tabung' di Rumah Sakit Gleneagles, Singapura, menjadi berita utama di negaranya awal tahun ini. Ketika itu ia membuat pernyataan bahwa satu dari setiap lima orang Singapura sulit untuk hamil secara alami.

Chen langsung menerima banyak tanggapan yang intinya mengatakan dia berlebihan. Tak mungkin seseram itu faktanya.

"Saya mendapat dua pasangan tidak subur setiap satu minggu pada awal 1990-an, sekarang rata-rata tiga pasang setiap hari," ujar Chen. Pengalamannya itu cocok dengan rekan seprofesinya Doktor Yu, yang mendapat antara 15 hingga 20 pasangan per minggu dengan masalah kesuburan.

Chen mengatakan 80 persen dari jumlah pasiennya yang mengalami masalah kesuburan itu berusia 30 tahun atau lebih. Maka ia menganjurkan pernikahan dilakukan lebih muda dari usia 30 tahun. Saat itu kondisi tubuh lebih subur. Tetapi Chen juga mengatakan tentu sulit mempraktekan hal itu. Bisa rusak tatanan masyarakat mengingat bahwa umumnya orang mementingkan belajar dan membangun karier sebelum menikah.

Keguguran dan Kista

Seperti terlihat dibanyak kota besar di Indonesia, di Singapura pun meningkat jumlah pria dan wanita yang belum menikah ketika mereka sudah berusia 40 tahun. Perdana Menteri Goh Chok Tong sempat mengungkapkan kekhawatirannya melihat perkembangan itu karena mempengaruhi angka kelahiran warganya yang memang dari tahun-tahun dulu sudah tidak tinggi.

Makin banyak yang menunda pernikahan, makin sempit peluang untuk memiliki keturunan.

Ginekolog di Raffles Women's Centre, Doktor Thong Pao Wen, sama khawatirnya. Para penunda itu kurang memperhitungkan dampak usia pada tingkat kesuburan, katanya. Mulai usia 35, cadangan dan kualitas telur menurun, hal itu meningkatkan risiko terjadinya keguguran.

Doktor Thong menunjuk juga pada meningkatnya pasien endometriosis, yaitu penyakit yang berhubungan dengan bentuk panggul yang abnormal, yang menyebabkan terbentuknya kista dan berbagai komplikasi lain. Oleh gangguan itu hadirlah ketidaksuburan. Kondisi itu lebih banyak terlihat pada wanita yang pernah menunda kehamilan.

Ny.Ida Lin (40 tahun) yang menikah pada usia 30-an menceritakan pengalamannya. Ia mempunyai hanya satu indung telur dan belum pernah hamil.

"Dulu saya selalu berasumsi bahwa saya sehat. Tidak pernah terlintas dalam pikiran saya bahwa ada kemungkinan saya tidak akan pernah hamil."

Selain endometriosis dan kondisi telur yang menurun setelah usia 35 tahun, ada dua faktor lagi yang disebut sebagai penyebab utama sulitnya terjadi kehamilan yaitu:

Rendahnya jumlah sperma

Ada dugaan bahwa zat-zat kimia pada rokok, obat-obatan dan asap beracun mempunyai kontribusi pada keadaan sperma yang tidak normal dalam bentuknya maupun lambatnya pergerakannya.

Stres

Disamping melemahkan keinginan orang untuk berhubungan intim, stres juga menghalangi kerja otak yang berfungsi melepaskan hormon-hormon pembentuk janin.

(The Sunday Times/A-19)

No comments:

Post a Comment